Sextant adalah peralatan dengan system optik yang digunakan untuk mengukur tinggi benda angkasa dari permukaan bumi dan juga untuk mengukur sudut-sudut benda angkasa tersebut relative terhadap garis horizontal bumi. Sextant menjadi peralatan yang penting dalam ilmu pelayaran dan navigasi. Khususnya pada perhitungan navigasi laut, penggunaan sextant dihitung
dengan menggunakan tetapan yang ditentukan pada buku data almanac nautika yang digunakan untuk menghitung tinggi benda angkasa, sudut jam barat benda angkasa, zawal dan koreksi-koreksinya.
Sextant digunakan sekitar tahun 173 oleh John Hadley tepatnya antara 1682-1744 dan juga Thomas Godfrey tahun 1704 – 1749, dan juga ditemukan dalam tulisan Isaac Newton yang tidak sempat terpublikasikan pada tahun 1643-1727. Peralatan ini disempurnakan yang akhirnya bisa digunakan sebagai peralatan navigasi kapal oleh pelaut dan perwiran Angkatan Laut Portugis Gago Coutinho tahun 1922. Sextant bekerja atas azas ” seberkas cahaya dipantulkan dua kali disebuah bidang datar yang sama oleh dua buah cermin, maka besarnya sudut yang dibuat oleh arah dari berkas yang pertama dan arah dari berkas yang kedua sama dengan dua kali besarnya sudut yang terbentuk oleh kedua cermin tersebut”.
Secara lengkap kegunaan sextant sebagai berikut :
- Mendapatkan tinggi ukur benda angkasa (matahari, bulan, bintang dan planet).
- Mengukur sudut horisontal antara benda-benda datar/bumi yang terlihat dengan jelas, untuk menentukan posisi sejati kapal (pelayaran datar)
- Mengukur sudut vertikal dari tinggi benda-benda di bumi untuk mendapatkan jarak
- Mengukur sudut vertikal dari tiang kapal untuk mendapatkan jarak terhadap kapal-kapal lain bila berlayar dalam konvoi (kapal perang)
- Untuk survey hidrografi.
Sextant dengan nomor……….adalah kelengkapan peralatan navigasi KRI BALIKPAPAN 901 sejak memperkuat Armada kapal perang Republik Indonesia mulai tahun 1978. Sextant ini telah digunakan KRI Balikpapan 901 dalam pelayaran selama melaksanakan operasi menjaga kedaulatan Republik Indonesia pada operasi keamanan laut, operasi kemanusiaan dan operasi bantuan sesuai dengan penugasan yang diberikan. Kemajuan tekhnologi menyebabkan penggunaan peralatan navigasi ini tergantikan dengan peralatan yang lebih modern dan lebih cepat, namun kemampuan pelaut dalam bernavigasi harus tetap terjaga, sehingga dalam situasi kedaruratan sekalipun tidak menjadi hambatan dalam bernavigasi. Pada tahun 2000-an sextant ini jarang digunakan namun masih menjadikan peralatan navigasi yang wajib ada di KRI.